Makna Ramadhan bagi Pendidikan Spiritual Murid
Ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang berarti panas yang menghanguskan atau kekeringan. Sejarah puasa Ramadan sangatlah panjang, dimulai dari Nabi Nuh yang melakukan puasa setelah selamat dari banjir besar, sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW saat hijrah ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Nabi bertanya alasannya, mereka menjawab bahwa mereka berpuasa sebagai bentuk syukur karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari serangan Firaun. Sejak itu, Nabi Musa AS kemudian berpuasa pada hari tersebut juga sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Puasa hari 10 Muharam juga disebut hari Asyura yang berarti 10, Nabi Muhamad menjelaskan kepada umatnya juga berpuasa pada Hari Asyura. Sedangkan Ramadan, pertama kali diwajibkan untuk umat Islam terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW baru saja menerima perintah untuk mengubah arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke arah Masjidil Haram di Makkah. Namun, pelaksanaan puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi umat Islam dilakukan secara bertahap.
![]() |
sumber gambar: https://radarsemarang.jawapos.com/ |
Sejarah panjang puasa yang dimulai dari nabi terdahulu yang disempurnakan pada Nabi Muhamad SAW menjadikan Ramadhan merupakan momen istimewa yang penuh dengan nilai spiritual dan pendidikan karakter, terutama bagi murid di lingkungan sekolah. Selain sebagai cara kita hambaNya bersyukur kepada Allah SWT,juga sebagai sarana pembelajaran yang efektif dan realistis dalam meningkatkan kualitas spiritual murid. Pendidikan spiritual yang diperoleh selama Ramadhan tidak hanya membentuk pribadi yang lebih religius, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bulan Ramadan ini, mau tak mau orang tua akan ikut andil dalam mengawasi dan membimbing anak-anaknya di rumah, biasanya pihak sekolah juga memberikan format jurnal ramadan yang berisi ibadah harian di bulan Ramadan kepada murid-muridnya untuk sarana belajar sholat berjamah tarawih, mengaji bersama di musola atau masjid (tadarus) juga belajar mengendalikan rasa amarah dan nafsu, serta mengasah rasaempati.
Aspek penting dalam ibadah ini adalah menanamkan nilai kejujuran dan kesabaran. Mampukah murid mengerjakan inadah tanpa pengawasan dari orangtua dan guru. Selama Ramadhan ini , murid juga belajar untuk lebih disiplin dalam mengatur waktu, baik untuk beribadah, belajar, maupun beristirahat. Mereka harus bangun lebih awal untuk sahur, menyesuaikan waktu untuk shalat, dan tetap fokus dalam belajar meskipun sedang berpuasa. Kedisiplinan ini secara tidak langsung membentuk karakter tanggung jawab, karena mereka harus menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan ibadah.
Puasa mengajarkan murid untuk merasakan bagaimana rasanya menahan lapar dan haus, sehingga mereka lebih memahami kondisi orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial. Banyak sekolah yang mengadakan kegiatan berbagi, seperti santunan kepada anak yatim, pembagian takjil, atau donasi untuk kaum dhuafa. Melalui kegiatan ini, murid belajar pentingnya berbagi dan membantu sesama.
Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk mempererat hubungan sosial di lingkungan sekolah. Kegiatan seperti buka puasa bersama, tadarus Al-Qur’an, dan shalat berjamaah membantu membangun kebersamaan di antara murid, guru, dan staf sekolah. Kebersamaan ini memperkuat rasa persaudaraan dan kerja sama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Tujuan Ramadhan adalah meningkatkan kualitas ibadah dan kesadaran spiritual. Murid didorong untuk lebih rajin menjalankan shalat, membaca Al-Qur’an, serta berdoa dengan khusyuk. Momen ini menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membentuk kebiasaan beribadah yang dapat mereka pertahankan setelah Ramadhan berakhir.
Posting Komentar untuk "Makna Ramadhan bagi Pendidikan Spiritual Murid "