Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MASIHKAH GURU MENJADI TAULADAN BAGI GEN-Z

 

Guru berasal dari kata bahasa Jawa, digugu yang artinya harus bertanggung jawab pada perkataan dan perbuatan, serta ditiru yang artinya menjadi contoh bagi muridnya. Makna kata ‘guru’ menjadi harapan bagi semua orang untuk siapapun yang berkecimpung dalam profesi ini. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus menjadi teladan untuk muridnya. Jika menginginkan muridnya gemar membaca tentu dia wajib menjadi pembaca yang baik, begitu pula yang menginginkan muridnya suka menulis maka dia  harus bisa memberikan contoh menulis yang baik. Bagaimana murid mampu menjadi yang diharapkan Jika dia tidak mempunyai role model untuk apa yang diinginkan.  

Saat ini guru sering menjadi sorotan oleh netizen, bahwa profesi guru sudah merosot pamornya kata mereka. Banyak ditemui guru yang menyelewengkan amanah berat yang ditumpukan di pundaknya. Ketika ditemukan satu saja orang guru yang melakukan perbuatan tak selayaknya, maka dapat dipastikan semua guru terkena imbasnya, misalnya guru yang hanya berjoged-joged bersama muridnya tanpa tujuan yang jelas. Mereka lupa bahwa perbandingan guru yang melakukan beberapa kesalahan tak ada ukuran perbandingan yang jelas dan valid jumlahnya. Tidak ada penelitian yang valid berapa yang melakukan kesalahan kode etik, ataupun sebaliknya melakukan pengabdiannya dengan baik.

Seharusnya dilakukan pengamatan yang objektif dari berbagai segi sebelum menyimpulkan bahwa guru tidak pantas menjadi tauladan bagi muridnya. Hal ini juga dipengaruhi dari aspek psikologi orang tua murid Gen Z yang cenderung memudahkan anaknya dengan media digital. Pembelajaran dengan sarana digital memang memudahkan mereka untuk belajar lebih beragam dan lebih banyak, tetapi dampak negatifnya di sisi lain mudah sekali terprovokasi dengan berita hoax hingga berakibat menimbulkan sikap yang kurang menghormati guru.

Era yang serba cepat ini tentu peran guru bergeser menjadi fasilitator, dan pengendali yang mengarahkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai murd. Ada beberapa hal baik itu sikap dan moral yang tak bisa tergantikan oleh media digital. Disiplin dalam belajar adalah salah satunya, konsisten serta jujur merupakan sikap yang perlu ditumbuhkan oleh guru kepada murid. Disipin untuk mengatur waktu, jujur dalam mengerjakan tugas, serta menghormati guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Era kemerdekaan belajar ini sangat membutuhkan sifat-sifat tersebut di atas sebagaimana kata mutiara yang dituturkan oleh Ki Hajar Dewantara, sangat cocok sebagai narasi bahwa disiplin yang kuat diperoleh dari kemerdekaan dalam belajar.

“Dimana ada kemerdekaan disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat selfdisiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada didalam suasana yang merdeka” ― Ki Hajar Dewantara.

Disiplin kuat yang dilakukan guru berkolaborasi dengan muridnya akan menghasilkan hal yang luar biasa. Mungkin peran guru memang sudah bergesar, akan tetapi guru sebagai tauladan, wajib tetap melekat dalam dirinya. Guru yang memerdekakan muridnya untuk belajar dengan disiplin yang ditimbulkan dalam komitmen yang tumbuh dalam diri mereka sendiri tentu dapat menghasilkan buah yang luar biasa hebat nantinya.

 

 

 

Posting Komentar untuk "MASIHKAH GURU MENJADI TAULADAN BAGI GEN-Z "