Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA


Amilia Rahma Sania

Bapak pendidikan yang revolusioner serta visioner ke depan melebihi zamannya yaitu Bapak Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa tiga poin semboyan pendidikan yang ditulis dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, mempunyai arti yang sangat mendalam yaitu seorang guru harus menjadi tauladan, membangun kehendak atau niat bila berada di tengah dan mendorong bila berada di belakang. Pendidikan itu sendiri menurut Ki Hajar Dewantara berarti menuntun segala kodrat yang ada pada siswa baik kodrat zaman atau kodrat alamnya, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik itu sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Selama ini saya menganggap bahwa siswa hanya menjadi obyek dalam pembelajaran, tak perlu bertanya apa yang diinginkan oleh mereka, cukup segera menyelesaikan tujuan pembelajaran secepat-cepatnya dengan hasil maksimal hal ini disebabkan masih teacher center (pembelajaran berpusat pada guru). Siswa dituntut menyelesaiakan materi sesuai tujuan yang ditetapkan dengann target nilai sesuai KKM. Sampai terkadang kurang memerhatikan bagaimana minat siswa serta perilakunya selama di kelas karena hanya fokus untuk penyampaian materi dengan harapan siswa mampu memahami materi yang disampaikan dan mendapatkan hasil belajar yang baik. Terkadang lupa bahwa kecerdasan dan keinginan siswa dalam pembelajaran tidak sama atau berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

 

Selama kegiatan pembelajaran berusaha sebaik-baiknya untuk memberi pemahaman pada siswa, tetapi terkadang masih terhambat karena siswa sendiri merasa terpaksa dalam belajar hanya sekadar menggugurkan kewajiban dan lulus saja. Bukan karena cinta ilmu dan suka belajar.

 

Penjelasan di atas perlu dipahami bahwa sebagai guru mempunyai kewajiban untuk terus  berjuang menambah ilmu, menemukan inovasi baru dan tak mudah puas akan segala yang telah dilakukan selama ini. Zaman telah berubah dan terus berlari, maka kita tentu harus segera mengejar ketinggalan agar mampu masuk ke kodrat zaman dari siswa yang menjadi tanggung jawab kita. Kebanyakan guru hanya mengejar target materi pelajaran agar mencapai tujuan kurikulum serta berhasil dalam evaluasi pembelajaran, melaksanakan kewajiban administrasi sebagai prasyarat menerima tunjangan,  sulit sekali berpindah dari zona nyaman mengikuti perkembangan zaman. Semua ini menjadi perdebatan panjang  dalam dunia pendidikan yang selalu menjadi masalah saat ini, ada beberapa sebab yang menjadi faktor hal tersebut terjadi, karena guru :

1.      Kurang berinovasi dalam pembelajaran.

2.      Tak memahami secara paripurna  penguasaan materi pelajaran

3.      Tak mampu berperan sebagai dirigen dalam orchestra di kelas

4.      Jarang menggunakan media pembelajaran yang kontektual

5.      Jarang memotivasi dan tak mampu menjadi sumber inspirasi

6.      Tak memahami kecerdasan majemuk dan pembelajaran differensial

7.      Malu dan enggan meningkatkan kompetensi serta menambah ilmu

8.      Hanya fokus mengejar target dan materi tanpa mengevaluasi dan merefleksi diri dan pembelajaran

9.       Hanya fokus pada pemngembangan kognitif saja tanpa memaksimalkan kemampuan psikomotorik, sosial, seni budaya, motoric halus dan kasar, serta kemampuan verbal.

Setelah mempelajari modul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, banyak sekali hal-hal baru yang saya pelajari, diantaranya yaitu menjadi lebih memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidik adalan berkhidmat/melayani  siswa sesuai dengan kodrat dirinya dan juga zamannya.

Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan sistem pendidikan formal yaitu Taman Siswa, Pamong, dan Among.

Taman siswa adalah organisasi yang bergerak di sektor pendidikan di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Jogja. Taman siswa adalah sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk siswa. Siswa diberi kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang, belajar sesuai keinginan dan kemampuan mereka dan dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajar siswa oleh pengajar sesuai kebutuhan masing-masing siswa secara individu.

Among berupaya melayani siswa sebagai pusat utama sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, penuntun kebaikan, kepedulian, dan kasih sayang. Selain itu prinsip among didasarkan pada kemerdekaan siswa untuk belajar serta belajar sesuai keinginan dan kemampuan siswa yang secara alamiah terbentuk. Siswa berhak untuk tumbuh dan berkembang menjadi siswa yang cerdas atas kemampuan sendiri.

 

Pamong diartikan sebagai guru. Ibarat petani menanam padi, petani tidak dapat memaksa padi tumbuh menjadi jagung. Begitupula siswa mempunyai minat dan bakatnya masing-masing, tidak bisa dipaksa untuk menjadi yang diinginkan oleh guru maupun orangtua. Guru hanya memberikan dukungan terhadap siswa dalam belajar. Baik berupa memberikan motivasi, inspirasi, dan menstimulasi siswa untuk bisa berpikir kritis secara mandiri. Guru harus aktif ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

 

Dari pembahasan koneksi antar materi di atas, saya bisa menarik kesimpulan dan akan saya terapkan di kelas adalah yang pertama saya akan melakukan diagnosis awal untuk mengetahui kemampuan siswa, bakat, dan keinginan siswa dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menyadari bahwa setiap anak istimewa dengan kemampuan masing-masing. Mendampingi agar mereka bahagia dalam belajar sebagai kebutuhan hidup mereka untuk persiapan eksis dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap siswa adalah BINTANG di LANGIT masing-masing. Guru hanya mendorong agar mereka menemukan jati dirinya dan memaksimalkan kemampuannya. Tak memaksakan kehendak untuk belajar keras akan apa yang tak mereka pahami. Sebagai guru harus selalu bersikap positif dan tak melabeli anak dengan hal negative yang akan memberatkan langkahnya dalam meraih impiannya. Mengevaluasi dan merefleksi semua hal yang telah dilakukan agar selalu bisa mengambil pelajaran dari apa tindakan yang telah dilakukan.

 

  

Posting Komentar untuk "REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA"