PISA: Barometer Mutu Pendidikan Dunia yang Berbasis Evaluasi Terukur
edumeela.comPISA: Barometer Mutu Pendidikan Dunia yang Berbasis Evaluasi Terukur
Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan program evaluasi pendidikan internasional yang dikembangkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebagai alat ukur kualitas sistem pendidikan di berbagai negara.
Melalui pendekatan berbasis data empiris dan metode standar global, PISA secara objektif mengevaluasi capaian belajar siswa usia 15 tahun. Tujuan utamanya adalah menyajikan gambaran nyata tentang efektivitas pendidikan nasional dalam membekali generasi muda dengan keterampilan dasar dan kemampuan berpikir kritis yang relevan untuk kehidupan modern.
Setiap tiga tahun, pelaksanaan PISA melibatkan sampel acak siswa dari sekolah-sekolah di lebih dari 70 negara, menjadikannya sebagai salah satu indikator terpercaya dalam mengukur kompetensi pendidikan lintas negara.
Lebih dari sekadar tes, PISA menjadi cermin internasional yang merefleksikan kesiapan siswa menghadapi tantangan abad ke-21, serta seberapa adaptif sistem pendidikan suatu negara dalam menyiapkan warganya untuk dunia kerja, teknologi, dan dinamika sosial global.
Fokus Penilaian PISA: Mengukur Kompetensi Utama dengan Pendekatan Kontekstual
PISA menitikberatkan evaluasinya pada tiga bidang kompetensi inti, yaitu literasi membaca, matematika, dan sains—tiga fondasi utama dalam sistem pendidikan global yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Metode penilaiannya bersifat diagnostik, yang berarti bukan sekadar mengukur hasil akhir, tetapi lebih pada menggali potensi siswa secara mendalam guna memberikan umpan balik yang informatif dan membangun bagi perbaikan kebijakan pendidikan.
Lebih dari sekadar penguasaan materi pelajaran, tes PISA mengukur kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah kompleks, serta kemampuan menerapkan pengetahuan secara fungsional dalam berbagai situasi nyata, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Dengan pendekatan ini, PISA mendorong sistem pendidikan untuk tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan dunia modern yang dinamis dan tak terduga.
Peran Aktif Indonesia dalam PISA: Potret Peserta dan Cakupan Usia
Sejak tahun 2000, Indonesia secara konsisten berpartisipasi dalam Programme for International Student Assessment (PISA) sebagai bagian dari upaya pemetaan mutu pendidikan nasional di tingkat global.
Sasaran peserta berasal dari kelompok usia 15 tahun 3 bulan hingga 16 tahun 2 bulan, yang secara umum berada pada jenjang kelas 8 hingga kelas 9 dalam kurikulum Indonesia. Rentang usia ini dipilih karena mewakili akhir dari pendidikan dasar sebelum memasuki jenjang menengah atas.
Menurut data populasi, terdapat sekitar 4,4 juta remaja usia 15 tahun di Indonesia, yang tersebar pada beberapa jenjang pendidikan:
• Sekitar 1,7 juta siswa (38%) tercatat menempuh pendidikan di SMP atau jenjang sederajat.
• Sekitar 2 juta siswa (47%) telah berada di SMA atau setara.
• Sementara sekitar 670 ribu anak lainnya tidak termasuk dalam populasi peserta PISA. Mereka terdiri dari anak-anak yang tidak bersekolah, masih berada di kelas 6 ke bawah, atau sedang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) karena kebutuhan khusus.
Data ini menunjukkan bahwa akses pendidikan dan keterlibatan dalam studi internasional seperti PISA tidak hanya bergantung pada usia, tetapi juga dipengaruhi oleh jenjang pendidikan, partisipasi sekolah, dan kondisi sosial-ekonomi siswa.
Relevansi Global dan Cakupan Luas PISA dalam Mengukur Kompetensi Abad 21
PISA tidak hanya menjadi tolok ukur nasional, tetapi juga benchmark pendidikan global yang telah diikuti oleh lebih dari 80 negara di seluruh dunia, termasuk 44 negara berpenghasilan menengah, hingga tahun 2018.
Pada pelaksanaan PISA 2018, tercatat sebanyak 79 negara secara aktif berpartisipasi, menegaskan status PISA sebagai platform evaluasi pendidikan internasional yang terpercaya dan inklusif.
Lebih dari sekadar menilai aspek akademik, PISA kini memperluas fokus penilaiannya dengan mengukur kompetensi global—yaitu kemampuan siswa dalam berinovasi, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta memahami dan menghargai keragaman budaya dan dinamika sosial yang semakin kompleks dalam masyarakat global serta menyelaraskan kerangka kerja sains dengan matematika serta membaca dan tidak secara khusus pada literasi sains.
Dalam PISA 2025, literasi sains menjadi domain utama pembelajaran. sedangkan membaca dan matematika menjadi domain minor. Domain inovatif adalah belajar di dunia digital.
Dengan demikian, PISA tidak hanya menjadi alat ukur capaian kognitif, tetapi juga mencerminkan kesiapan generasi muda menghadapi tantangan lintas budaya di abad ke-21, yang menuntut keterampilan berpikir terbuka, kolaboratif, dan adaptif.
Implikasi PISA bagi Pendidikan Modern
Dalam dunia yang dinamis, PISA menekankan pentingnya kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan secara fungsional, bukan sekadar menghafal teori.
Penilaian ini mencerminkan kebutuhan nyata di era modern, di mana nilai seseorang ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan dengan pengetahuannya, bukan sekadar apa yang diketahui.
Dampak Strategis PISA terhadap Pendidikan Abad ke-21
Di tengah perubahan dunia yang begitu cepat dan tidak terduga, PISA menegaskan bahwa penguasaan pengetahuan saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah sejauh mana siswa dapat menggunakan pengetahuan tersebut secara aplikatif dan kontekstual dalam kehidupan nyata.
Penilaian PISA dirancang untuk merefleksikan tuntutan dunia modern, di mana kemampuan mengintegrasikan ilmu dengan keterampilan praktis menjadi indikator utama nilai seseorang—bukan sekadar apa yang dihafal, tetapi apa yang dapat diwujudkan dari pengetahuan tersebut.
SMPN 2 Sumenep dan Peran Aktif dalam PISA 2025
Sebagai bagian dari jaringan sekolah yang dipilih secara nasional, SMP Negeri 2 Sumenep berpartisipasi dalam pelaksanaan PISA pada tanggal 15–17 April 2025.
Sebanyak 42 siswa terpilih mengikuti tes ini, mewakili kontribusi sekolah dalam menyediakan data valid bagi pemetaan kualitas pendidikan Indonesia di level internasional. Tercatat ada 136 kabupaten yang ikut dari seluruh Indonesia. Keikutsertaan ini tidak hanya mencerminkan kesiapan sekolah dalam mengadopsi standar global, tetapi juga memperlihatkan komitmen untuk mendorong transformasi pendidikan berbasis data dan kompetensi.
Posting Komentar untuk " PISA: Barometer Mutu Pendidikan Dunia yang Berbasis Evaluasi Terukur"